Contoh Bab IV Tesis, Paparan dan Temuan Penelitian
http://informasi-berfaedah.blogspot.com/2013/01/contoh-bab-iv-tesis-paparan-dan-temuan.html
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini perlu penulis jelaskan tentang latar belakang obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum keberadaan Mdrasah Tsanawiyah negeri di wilayah Kabupaten dan Kota Blitar yang dijadikan obyek penelitian. Dengan gambaran ini diharapkan dalam menginterprestasikan penelitian dapat dilakukan secara konprehensip.
Keberadaan lembaga pendidikan khususnya Madrasah tsanawiyah di Kabupaten dan Kota Blitar sebagaimana Madrasah Tsanawiyah pada umumnya di Indonesia didirikan oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam, sebagai respon untuk memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran umum dan agama.
Proporsi untuk pelajaran umum dan agama di Madrasah Tsanawiyah dengan perbandingan 70 persen mata pelajaran umum dan 30 persen mata pelajaran agama. Jadi Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan tingkat SLTP yang berciri khas agama Islam.
Karena kehadiran MTs di Indonesia sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keberadaannya sebagian besar adalah berstatus Swasta, sedangkan MTs Negeri jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Mts Swasta. Demikian pula MTs yang berada diwilayah Kabupaten dan Kota Blitar, dari 34 Madrasah Tsanawiyah yang berstatus Swasta ada 23 MTs (67,64%) sedangkan MTs yang berstatus Negeri hanya 11 MTs (32,36%).
Menurut sejarahnya dari 11 MTs tersebut, semua adalah MTs Swasta, yang kemudian di negerikan. Sebagai gambaran MTs Negeri yag berada di Kabupaten dan Kota Blitar, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
TABEL 1
DATA MTsN, JUMLAH MURID DAN GURU DI KABUPATEN
DAN KOTA BLITAR
Tahun Pelajaran 2007 / 2008
Sumber : Olahan data skunder dari Mapenda Kabupaten dan Kota Blitar.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kondisi jumlah murid sangat berfariasi. Bagi MTsN yang sudah berdiri berkisar 30 tahun, rata-rata memiki siswa antar 800 – 1000 siswa. Sedangkan MTsN yang berdiri sekitar 15 tahun kebawah, rata-rata mempunyai siswa antara 200 – 700 siswa.
Dari aspek sarana dan prasarananyapun juga bervariasi, ada MTsN yang sudah cukup mempunyai sarana pendidikan yang lengkap seperti laboratorium, ruang ketrampilan, dan perpustakaan yang sudah memadai, namun MTsN yang lain (yang masih baru berkembang) masih belum memiliki sarana prasarana yang cukup.
B. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini gambaran umum subyek penelitian terdiri dari umur, pendidikan terakhir, fakultas, lama mengajar, jumlah mata pelajaran, jumlah jam dan beban lain selain mengajar. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik subyek dalam penelitian ini, akan diuraikan secara jelas sebagai berikut ini.
1. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Umur
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 2
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN UMUR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat dari 72 subyek yang tercakup, ternyata sebagian besar subyek memiliki umur yang berkisar antara 36 – 40 tahun sebanyak 35 orang (48.6%), kemudian diikuti dengan subjek dengan kisaran umur antara 41 – 45 tahun sebanyak 18 orang (25%), sedangkan subjek yang mempunyai kisaran umur di atas 45 tahun sebanyak 1 orang (1.4%), selanjutnya untuk subyek dengan kisaran umur antara 31 – 35 tahun sebanyak 15 orang (20.8%), dan sisanya sebanyak 3 orang subyek (4.2%) memiliki kisaran umur dibawah 30 tahun. Dengan demikian dari 72 subyek yang tercakup, mayoritas subyek dalam penelitian ini berusia antara 36 – 40 tahun.
2. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
TABEL 3
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENDIDIKAN
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar 19.9% masih berpendidikan D-3, sedangkan yang berpendidikan S-1 sudah mencapai 77.8% dan yang berpendidikan S-2 sebanyak 8.3%. dengan demikian dapat dikatan bahwa dari segi kualifikasi pendidikan para guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sudah memenuhi standart kelayakan sebagaimana diharapkan oleh Pemerintah.
3. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Fakultas
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL 4
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FAKULTAS
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota blitar, sebagian besar (91.7%) berasal dari fakultas kependidikan sedangkan yang (8.3%) bersal dari fakultas non kependidikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru MTsN telah memiliki latar belakang kependidikan (Tarbiyah, FKIP/FIP), hanya sebagian kecil yang memiliki latar belakang non kependidikan. Dari obsevasi penulis, di antara subyek penelitian yang non kependidikan umumnya berasal dari fakultas syariah dan adab IAIN.
4. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Lama Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan lama mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
LAMA MENGAJAR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sebagian besar memiliki pengalaman mengajar yang berkisar antara 7-9 tahun sebanyak 28 orang (38.9%), kemudian guru yang mempunyai pengalaman mengajar kurang dari 3 tahun sebanyak 16 orang (22.2%), sedangkan guru yang mempunyai kisaran pengalaman mengajar 4-6 tahun sebanyak 25 orang (20.8%), selnjutnya untuk guru dengan kisaran pengalaman mengajar antara 10-12 tahun sebanyak 11 orang (15.3%), dan sisanya sebanyak 2 oarang guru (2.8%) memiliki kisaran pngalaman mengajar di atas 12 tahun. Dengan demikian dapat dikatan bahwa myoritas subyek dalam penelitian ini memiliki penglaman mengajar 7-9 tahun.
5. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasrkan Jumlah Mata Pelajaran
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan jumlah mata pelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
JUMLAH MATA PELAJARAN
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru yang mengajar 1 bidang studi ada 60 orang (83.3%), sedangkan yang mengajar 2 bidang studi ada 9 orang (12.5%), dan yang mengajar 3 mata pelajaran ada 3 orang (4.2%).
Keadaan ini merupakan hal yang sangat wajar terjadi mengingat guru mata pelajaran harus benar-benar sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki (sesuai dengan jurusan). Apabila seorang guru mengajar lebih dari 1 bidang studi, hal ini disebabkan pada mata pelajaran tertentu jumlah guru yang ada masih belum mencukupi, sehingga terpaksa harus diserahkan pada guru dengan bidang studi yang masih dalam satu rumpun keilmuan.
6. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jumlah Jam Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasrkan jumlah jam dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
JUMLAH JAM MENGAJAR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sebagian besar (23.3%) mengajar dengan jam > 22 jam. Sedangkan guru yang lain mengajar dengan jumlah jam 10 – 14 jam dan 14 – 22 jam, masing-masing sebanyak 22 orang (30.6) sedangkan guru yang mengajar kurang dari 10 jam ada 4 orang (5.6%). Keadaan ini merupakan sesuatu yang sering terjadi mengingat dalm struktur kurikulum, ada beberapa mata pelajaran dengan jumlah jam yang banyak, tetapi jumlah guru yang ada relatif terbatas, sehingga terpaksa ada beberapa guru yang diberi beban mengajar banyak sesuai dengan jumlah jam yang ada. Dapula dalam srtuktur kurikulum, beberapa mata pelajaran dengan jumlah jam yang sedikit sehingga beban mengajar guru sedikit.
7. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Beban Lain Selain Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan beban lain selain mengajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
BEBAN LAIN SELAIN MENGAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak ada
31
43.1
2
1 tugas lain
22
30.6
3
2 tugas lain
17
23.6
4
3 tugas lain
2
2.7
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari subyek penelitian (guru) sebagian besar 31 oarang (43.1%) tidak mempunyai beban lain selain mengajar. Sedangkan yang mendapatkan 1 tugas lain selain mengajar ada 22 orang (30.6%), yang mendapatkan 2 tugas lain ada 17 orang (23.6%). Dan sisanya 2 orang (2.7%) mendapatkan 3 tugas lain selain tugas mengajar.
Keadaan ini merupakan konsekuensi logis dari jumlah jam mengajar yang dimiliki oleh guru. Jika jumlah jam mengajar guru sudah banyak, maka pemberian tugas / beban lain selain mengajarpun tidak ada,namun jika jumlah jam mengajarnya relatif sedikit, maka beban lain selain mengajar disesuaikan. Pemberian tugas tersebut, antar lain piket guru, tatibsi, sebagai waka, bendahara, wali kelas dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan sekolah.
C. Penyajian Data
Berikut ini akan disajikan data sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pengetahuan dan Pemahaman KBK
Dalam fokus pengetahuan dan pemahaman KBK ini disajikan pengetahuan guru tentang KBK yang meliputi tahu/tidaknya guru tentang KBK,
Waktu mengetahui adanya KBK dan sumber informasi adanya KBK itu sendiri. Sedangkan pemahaman KBK merupakan sampai sejauh mana pengertian guru tentang KBK itu sendiri dan pelaksanaannya, yang meliputi keikutsertaan dalam pelatihan KBK, pemahaman konsep KBK itu sendiri, serta penyusunan perangkat pembelajaran dan evaluasi yang sesuai dengan konsep KBK.
Pengetahuan KBK
Dilihat dari pengetahuan guru tentang adanya KBK, berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan guru tentang adanya KBK yang meliputi tahu/tidaknya guru tentang KBK. Sebagian besar subyek penelitian menyatakan tahu dengan presentsi 75%,16% menyatakan kurang tahu dan 8.3% menyatakan tidak tahu. Secara jelas hal ini disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
TAHU / TIDAKNYA ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Tahu
6
8.3
2
Kurang Tahu
12
16.7
3
Tahu
54
75.0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedangkan dalam hal waktu mengetahui adanya KBK, dari hasil angket diketahui sebesar 70.8% subyek penelitian mengetahui adanya KBK sejak tahun 2004 dan 29.2% subyek penelitian mengetahui adanya KBK sejak tahun 2003. hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 10.
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
WAKTU MENGETAHUI ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
2004
51
70.8
2
2003
21
29.2
3
2002
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Adapun mengenai sumber informasi adanya KBK itu sendiri disajikan dalam tabel berikut ini
TABEL 11
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
SUMBER INFORMASI ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
Penataran Guru
57
79.2
2
Kepala Sekolah
7
9.7
3
Pengawas Pendidikan
5
6.9
4
Lainnya
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut diketahui sebesar 79.2% subyek penelititan menyatakan bahwa mereka mengetahui adanya KBK dari penataran guru, sebanyak 9.7% menyatakan dari Kepala Sekolah dan 6.9% dari Pengawas Pendidikan serta 4.2% menyatakan dari yang lain seperi dari Diknas, teman sejawat dan lain sebagainya.
Berdasarkan frekuensi mengikuti penataran KBK, sebagian besar subyek penelitian menyatakan 2 kali dengan presentase sebesar 54.2%, sebanyak 37.5% menyatakan mengikuti penataran KBK sebanyak 1 kali dan selebihnya sebanyak 8.3% subyek penelitian menyatakan mengikuti penataran KBK sebanyak 3 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FREKUENSI MENGIKUTI PENATARAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
1 kali
27
34.7
2
2 kali
39
62.5
3
3 kali
6
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari keikutsertaan subyek dalam penataran KBK dapat diketahui penyelenggara penataran/pelatihan KBK tersebut adalah dari Diknas Kota dan Depag Provinsi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Fth yang menyatakan sebagai berikut :
“Saya mengikuti penataran KBK itu hanya 2 kali yang diselenggarakan oleh Diknas Kota dan Depag Propinsi. Dari sekolah saya rasa belum ada workshop atau penataran yang diselenggarakan oleh sekolah saya”. (Wawancara tanggal 25 september 2007 di MTsN Sumberjo)
Untuk lebih memperdalam pemahaman KBK, dirasa perlu guru mengembangkannya dengan terlibat dalam forum MGMP. Hal ini ditunjukkan dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kadang-kadang terlibat dalam forum MGMP sebesar 62.5%, dan sebanyak 34.7% menyatakan seringkali terlibat dalam forum MGMP dan selebihnya sebesar 2.8% menyatakan tidak pernah terlibat dalam forum MGMP. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FREKUENSI TERLIBAT DALAM FORUM MGMP
No
URAIAN
f
%
1
Seringkali
25
34.7
2
Kadang-kadang
45
62.5
3
Tidak pernah
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Bagi subyek yang menyatakan tidak pernah terlibat dalam forum MGMP, menyatakan bahwa mereka tidak pernah terlibat forum MGMP disebabkan forum itu ada dalam rumpun mata pelajaran mereka. Sebagaimana pengakuan dari Bapak WS yang menyatakan sebagai berikut:
“Gimana mau terlibat dalam forum tersebut, lha wong forumnya tidak ada, pak, bagaimana mau terlibat ? Melibatkan diri dimana ? Lha wong wadahnya saja tidak ada, ya kan ...” (Wawancara, tanggal 27 September 2007, di ruang guru MTsN Langkapan)
Pemahaman KBK
Pemahaman KBK merupakan sampai sejauhmana pengertian guru tentang KBK itu sendiri dan pelaksanaannya, yang meliputi pemahaman konsep KBK, penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi yang sesuai dengan konsep KBK.
Edialnya, seseorang setelah mengikuti suatu pelatihan/penataran seharusnya konsep dalam pelatihan/penataran tersebut dapat dipahami untuk selanjutnya di implementasikan. Begitu juga dengan sosialisasi konsep KBK, sebagian besar subyek penelitian menyatakan sangat memahami dengan presentase sebesar 66.7% dan sebanyak 22.2% menyatakan memahami serta 11.1% menyatakan kurang memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 14
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN KONSEP KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
8
11.1
3
Memahami
16
22.2
4
Sangat Memahami
48
66.7
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Jika pemahaman konsep KBK baik, maka pemahaman penyusunan perangkat pembelajaran PROTA dan PROMES sesuai dengan pedoman KBK juga menunjukkan hal yang sama, dimana sebagian subyek penelitian menyatakan sangat memahami sebesar 55.6% dan 44.4% menyatakan memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 15
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
0
0
3
Memahami
32
44.4
4
Sangat Memahami
40
55.6
Jumlah
72
100.0
Sumber :Data Primer Diolah
Hal tersebut juga ditunjukkan dalam hal pemahaman perangkat pembelajaran penyusunan Silabus sesuai dengan konsep KBK, dimana sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami sebesar 48.6%, disusul sangat memahami 44.5% dan selebihnya 48.6% menyatakan memahami. Keadaan ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 16
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN SILABUS DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
5
6.9
3
Memahami
35
48.6
4
Sangat memahami
32
44.5
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga dengan pemahaman perangkat pembelajaran Penyusunan Rencana Pembalajaran (RP) sesuai dengan pedoman KBK, sebagian besar subyek penelitian sangat memahami dengan presenatse sebasar 56.9%, sebanyak 40.3% menyatakan memahami dan hanya sebesar 2.8% menyatakan tidak memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 17
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN
DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
2
2.8
2
Kurang Memahami
0
0
3
Memahami
29
40.3
4
Sangat memahami
41
56.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedikit berbeda dengan penyusunan silabus dan rencana pembelajaran, pemahaman subyek yentang penyusunan modul pembelajaran sesuai KBK relatif lebih rendah. Subyek penelitian yang menyatakan memahami sebesar 41.7%, kurang memahami sebanyak 30.5%, menyatakan sangat memahami hanya 22.2% dan selebihnya menyatakan tidak memahami dengan presenatse 5.6%. hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 18
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN
DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
4
5.6
2
Kurang Memahami
22
30.5
3
Memahami
30
41.7
4
Sangat memahami
16
22.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu pula dengan pemahaman bahwa pembelajaran KBK menggunakan berbagai sumber belajar yang memeuhi unsur edukatif, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase sebesar 72.2%, sebanyak 25% menyatakan kurang memahami dan 2.8% menyatakan sangat memahami. Keadaan ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
TABEL 19
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK PERLU MENGGUNAKAN BERBAGAI SUMBER BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak Memahami
0
0
3
Kurang Memahami
18
25.0
4
Memahami
52
73.2
5
Sangat memahami
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara pemahaman tentang pembelajaran dengan KBK menggunakan berbagai metode pembelajaran, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase sebesar 73.6%, sebanyak 23.6% menyatakan kurang memahami, selebihnya 2.8% tidak memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
TABEL 20
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK MENGGUNAKAN
BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
2
2.8
3
Kurang memahami
17
23.6
4
Memahami
53
73.6
5
Sangat memahami
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga pemahaman tentang pendekatan belajar tuntas (mastery learning) mensyaratkan adanya kegiatan Remidial, Pengayaan dan Percepatan belajar, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 69.4%, sebanyak 30.6% menyatakan kurang memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 21
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUNTAS
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
22
30.6
4
Memahami
50
69.4
5
Sangat memahami
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Disamping itu pemahaman tentang evaluasi hasil belajar siswa dalam KBK menilai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 72.2%, sedangkan yang 22.2% menyatakan kurang memahami, selebihnya 5.6% menyatakan sangat memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel sebagai berikut.
TABEL 22
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN EVALUASI DALAM KBK
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
16
22.2
4
Memahami
52
72.2
5
Sangat memahami
4
5.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu pemahaman tentang penilaian belajar itu sendiri lebih menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan kompetensi, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 66.7%, sedangkan 27.7% menyatakan kurang memahamidan selebihnya 5.6% menyatakan sangat memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 23
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENILAIAN MENEKANKAN
PADA PROSES
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
20
27.7
4
Memahami
48
66.7
5
Sangat memahami
4
5.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari berbagai indikator pemahaman KBK di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman subyek penelitian tentang KBK dikategorikan cukup baik dengan rata-rata di atas 66 persen. Kenyataan ini subyek penelitian rata-rata mengikuti penataran KBK dua kali, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Daerah Kota/Kabuaten Blitar atau tingkat Propinsi Jawa Timur.
Pelaksanaan KBK
Ketika pengetahuan dan pemahaman KBK kategorinya cukup baik, apakah demikian halnya dalam pelaksanaan KBK. Indikator pelaksanaan KBK meliputi Penyusunan Rancangan Pembelajaran, mulai dari penyusunan rogam tahunan (Protap), progam semster (Promes), penyusunan silabus, penyusunan Rencana Pembelajaran (RP) dan penyusunan modul pembelajaran. Selain itu juga dilihat dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan KBK Dalam Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Dari hasil penyebaran angket diperoleh hasil bahwa dalam tahun pelajaran 2007-2008 subyek menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi Progam Tahunan, Progam Semester, Silabus Pembelajaran, Rencana Pembelajaran dan Modul Pembelajaran yang sesui dengan pedoman KBK, sebagian besar subyek penelitian menjawab 4 kegiatan dengan presentase sebesar 43.1%, sebanyak 22.2% menjawab menyusun perangkat pembelajaran sebanyak 5 kegiatan, sebanyak 13.9% menjawab 3 kegiatan, dan selebihnya masing-masing sebesar 6.9% menjawab 2 kegiatan, 1 kegiatan dan bahkan tidak menyusun rancangan pembelajaran. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 24
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menyusun rancangan pembelajaran
5
6.9
2
Menyusun 1 kegiatan rancangan pembelajaran
5
6.9
3
Menyusun 2 kegiatan rancangan pembelajaran
5
6.9
4
Menyusun 3 kegiatan rancangan pembelajaran
10
13.9
5
Menyusu 4 kegiatan rancangan pembelajaran
31
43.1
6
Menyusun 5 kegiatan rancangan pembelajaran
16
22.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam hal penyusunan rancangan pembelajaran berkategori cukup, ini berarti masih perlu adanya peningkatan lagi dimana dalam tabel tersebut masih ditemui subyek yang tidak melakukan penyusunan rancangan pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas pokok dari guru sebelum dia melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, di sekolah-sekolah yang ada masih sedikit bapak/ibu guru yang mengumpulkan Rancangan Pembelajarannya di bagian Kurikulum pada setiap semesternya. Sehingga dari sekian mata pelajaran yang ada, kalaupun ada yang mengumpulkan Rancangan Pembelajaran itupun hanya beberapa orang guru saja yang membuat Rancangan Pembelajaran dan diserahkan dibagian kurikulum.
Namun demikian, jika datanya sebagian besar bapak dan ibu guru tersebut menyatakan sudah membuat persiapan mengajar namun masih belum semat dikumpulkan. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan Bapak SA seorang waka kurikulum da MTsN Sumberjo Kabupaten Blitar yang menyatakan sebagai berikut:
“Wah susah pak, guru-guru itu kalau diminta Rancangan Pembelajarannya, khususnya guru yang kelas IX dengan KBK ini. Rancangan Pembelajaran yang masuk ke kurikulum hanya sebagian kecil jika dibandingkan dengan jumlah guru yang ada.” (Wawancara, tanggal 4 September 2007 dikantor kurikulum)
Hal senada juga diunkapkan oleh guru MD disalah satu MTsN di Kabupaten Blitar yang menyatakan sebagai berikut:
“Ya, pak... saya sudah menyusun Rancangan Pembelajaran namun saya belum sempat mengumpulkan di Kurikulum, dan masih saya tulis tangan belum saya ketik... saya tidak sempat... habis kerjaan guru kelas X ini banyak sekali... terus terang saya agak keteteran.” (Wawancara santai, tanggal 5 September 2007 di kantin sekolah Pelaksanaan KBK dalam Kegiatan Belajar Mengajar(KBM))
3. Pelaksanaan KBK Dalam Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan KBK dalam Kegiatan Pembelajaran merupakan kegiatan implementasi dari kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini meliputi kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, penggunaan berbagai metode pembelajaran, dan pemanfaatan berbagai sumber media pembelajaran.
Dari hasil penyebaran angket diperoleh hasil bahwa dalam tahun pelajaran 2007-2008 subyek memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti buku teks/paket, Lembar Kerja Siswa, Kliping Media Cetak (koran, majalah), Dokumen data instansi lain, dan informasi media elektronik(TV, radio, internet). Sebagian subyek penelitian manjawab memanfaatkan 3 macam sumber belajar dengan presentase 37.5%, sedangkan yang 25% menjawab memanfaatkan sumber belajar sebanyak 2 macam, demikian pula 23,6% menjawab 4 macam sumber belajar, dan selebihnya masing-masing sebesar 4.2% menjawab memanfaatkan 5 macam sumber belajar. Sumber belajar yang umum dimanfaatkan guru yaitu buku teks/majalah. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 25
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
3
4.2
2
Memanfaatkan 1 macam sumber belajar
3
4.2
3
Memanfaatkan 2 macam sumber belajar
18
25
4
Memanfaatkan 3 macam sumber belajar
27
37.5
5
Memanfaatkan 4 macam sumber belajar
17
23.4
6
Memanfaatkan 5 macam sumber belajar
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa subyek dalam proses pembelajaran sudah memanfaatkan sumber belajar antara lain dengan menggunakan buku paket, LKS, atau Kliping Media Cetak. Namun masih jarang dijumpai guru menggunakan sumber belajar dengan memanfaatkan dokumen dari instansi lain atau menggunakan internet sebagai salah satu sumber belajar. Hal ini yang sebagaimana dikemukakan oleh bapak Q dari salah satu guru di MTsN Kota Blitar sebagai berikut :
“Disini sulit pak kalau menggunakan sumber belajar dengan menggunakan internet... ataupun keluar mengunjungi sebuah instansi tersebut sebagai sumber belajar, waktunya tidak cukup, belum lagi fasilitas yang masih belum memadai untuk melakukan itu”. (Wawancara, tanggal 26 September 2007, di ruang guru)
Dalam hal penggunaan berbagai metode/pendekatan pembelajaran, banyak variasi yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain dengan menggunakan ceramah, pemecahan masalah, kolaboratif, inquiri, autentik/unjuk kerja, tugas/proyek dan lain sebagainya tergantung kreatifitas dan inofasi guru dalam proses belajar dan pembelajaran.
Dari hasil penyebaran angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menjawab hanya menggunakan 3 macam variasi metode/pendekatan pembelajaran sebanyak 41,4%, sebanyak 31,4% menyatakan menggunakan 4 macam variasi metode pembelajaran, 15.7% menyatakan menggunakan 2 macam variasi metode pembelajaran, dan hanya 8.6% yang menyatkan menggunakan 5 macam variasi metode pembelajaran. Hal ini sebagaimana disjikan dalam tabel berikut.
TABEL 26
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN METODE PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
0
0
2
Memanfaatkan 1 macam sumber belajar
2
2.9
3
Memanfaatkan 2 macam sumber belajar
11
15.7
4
Memanfaatkan 3 macam sumber belajar
29
41.4
5
Memanfaatkan 4 macam sumber belajar
22
31.4
6
Memanfaatkan 5 macam sumber belajar
6
8.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa subyek penelitian kurang mampu melaksanakan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan efektifitas kegiatan belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, guru-guru umumnya menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. Sebagian kecil saja yang meggunakan metode inquiri, kolaboratif maupun unjuk kerja. Hasil ini didukung dengan pernyataan dari ES salah satu guru MTsN Kepanjen Kidul Blitar sebagai berikut:
“Saya biasa menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Saya merasa kesulitan ketika saya akan mengetrapkan metode pembelajaran kolaboratif atau inquri, karena anak-anak pasif disamping jumlah siswa kelas terlalu banyak” (Wawancara, tanggal 27 September 2007 di ruang guru)
Agak berbeda dengan pendapat guru BM,
”Saya dalam melaksanakan pembelajaran berusaha menggunakan metode yang bervariatif agar anak-anak tidak bosan dengan pelajaran saya. Dalam pembelajaran sekali-kali saja saya menggunakan ceramah, yang paling menyenagkan siswa jika saya menggunakan metodebermain peran, diskusi sehingga siswa mau tidak mau jadi terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, saya pun menyampaikan materi tidak mengalami kesulitan” (Wawancara, tanggal 27 September 2007, di ruang guru)
Sementara itu dalam hal penggunaan media pembelajaran pun banyak media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran antara lain dengan alat peraga, media audio, media visual, media audio visual, laboratorium, lingkungan alam/sosial.
Dari hasil penyebaran angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan hanya menggunakan 1 macam media pembelajaran dan 2 macam media pembelajaran masing-masing sebesar 29.2%, 15.3% menyatakan menggunakan 3 macam media pembelajaran, 11.1% menyatakan tidak menggunakan media pembelajaran, 5.6% menyatakan menggunakan 4 macam media pembelajaran. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 27
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak menjawab
8
11.1
2
Memanfaatkan 1 macam media pembelajaran
21
29.2
3
Memanfaatkan 2 macam media pembelajaran
21
29.2
4
Memanfaatkan 3 macam media pembelajaran
11
15.3
5
Memanfaatkan 4 macam media pembelajaran
4
5.6
6
Memanfaatkan 5 macam media pembelajaran
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut secar umum, subyek penelitian dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik, namun demikian pengunaan media belum dapat dilaksanakan denga optimal, karena media yang digunakan jumlahnya masih sangat terbatas, sehingga pelaksaan penggunaan media dapat dikataan belum optimal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh bapak Qdr, yang menyatakan sebagai berikut :
“Untuk penggunakan media pebelajaran disini masih relatif sederhana dan jumlahnya yang ada juga tidak memadahi untuk memenuhi seluruh siswa, sehingga saya masih kesulitan dengan penggunaan media pembelajran yang diperlukan”. (Wawancara, tanggal 27 September 2007 di ruang guru).
Hal ini senada dengan pernyataan dari ibu WD yang menyatakan sebagai berikut :
“Saya sih enginya menggunakan OHP tapi tidak dengan mudahnya saya menggunakan nya, artinya tidak dapat sewaktu-waktu saya dapat menggunakan media tersebut, karena jumlah media tersebut yang terbatas sehigga tidak jarang saya memutuskan untuk tidak meggunakan media tersebut”. (Wawancara, , tanggal 27 September 2007 di ruang guru)
4. Pelaksaan KBK dalam Evaluasi Hasil Belajar
Pelaksaan KBK dalam Hasil Evaluasi Belajar merupakan kegiatan implementasi dari evaluasi hasil belajar khususnya dalam hal penilaian yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini meliputi penilaian dalam tiga aspek belajar, penggunaan berbagai macam test, penggunaan instrumen penilaian efektif, pelaksaan kegiatan remidial, pemberian program pengayaan, pelaksanaan program percepatan, memberikan penilaian berdasarkan aktifitas siswa dikelas.
Dalam hal penilaian pada tiga aspek belajar yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik, dari hasil angket dieroleh bahwa sebagian besar subyek penelitian melakukan penilaian pada aspek belajar pada ketiga aspek tersebut dengan presentase 76.4%, sebanyak 15.3% subyek penelitian melaksanakan 2 aspek belajar saja dan 6,9% tidak menjawab. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 28
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENILAIAN PADA 3 ASPEK BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
5
6.9
2
Menilai pada 1 aspek belajar
0
0
3
Menilai pada 2 aspek belajar
11
15.3
4
Menilai pada 3 aspek belajar
55
76.4
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu dalam menilai aspek koknitif , guru dapat menggunakan berbagai macam bentuk, test untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan kognitif siswanya yang meliputi tes lisan, tes pilihan ganda, tes uraian obyektif, tes uraian non-obyektif, tes menjodohkan, bentuk unjuk kerja/performan, dan portofolio.
Dari hasil angket menunjukkan sebagian besar subyek penelitian menggunakan 6 macam tes untuk menilai aspek kognitif, dengan presentase sebesar 26.4%. Sebanyak 22.2% subyek penelitian menggunakan 4dan 5 macam test, 19.4% subyek penelitian menggunakan 3 macam tes, 6.9% subyek penelitian 2 macam tes. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 29
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGGUNAAN MACAM TEST KOGNITIF
NO
URAIAN
F
%
1
Menggunakan 1 macam test
0
0
2
Menggunakan 2 macam test
5
6.9
3
Menggunakan 3 macam test
14
19.4
4
Menggunakan 4 macam test
16
22.2
5
Menggunakan 5 macam test
16
22.2
6
Menggunakan 6 macam test
19
26.4
7
Menggunakan 7 macam test
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga dalam hal menilai aspek afektif siswa, guru dapat menggunakan instumn penilaian yag berupa kuisioner dan ceklist observasi. Dari angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menggunakan 1 macam instrumen saja untuk menilai aspek afektif dengan presentase 55.6%, sebanyak 26.4% meyatakan tidak menggunakan instrumen dalam menilai aspek afektif. Dan selebihnya 18.1% menyatakan menggunakan 2 macam instumen dalam penilaian afektif. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tbel sebagai berikut.
TABEL 30
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGGUANAAN MACAM INSTUMEN AFEKTIF
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak menggunakan
19
26.4
2
Menggunakan 1 macam test
40
55.6
3
Menggunakan 2 macam test
13
18.1
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari pengamatan penulis, subyek penelitian dalam menilai aspek afektif lebih mengandalkan hasil pengamatan daripada menggunakan kuisioner. Hal ini karena belum adanya bentuk program kuisioner yang baku dibuat oleh pihak sekolah.
Dalam penilaian dengan KBK dikenal adanya pendekatan belajar tuntas, untuk itu siswa harus memenuhi tuntutan tertentu dalam setiap mata pelajaran. Sehingga terhadap siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, perlu diberikan kegiatan remidial agar siswa tersebut mampu mencapai ketuntasan belajarnya.
Dari hasil penyebaran angket diperoleh dari sebagian besar subyaek penelitian kadang-kadang memberikan kegiatan remididal bagi siswa yang belum tuntas yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 61.1%, 30.6% meyatakan tidak pernah dan hanya 8.3% yang menyatakan selalu. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 31
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PELAKSANAAN PROGAM REMIDIAL
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
6
8.2
2
Kadang-kadang
44
61.1
3
Tidak pernah
22
30.5
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal, seharusnya siswa tersebut diberikan program pengayaan. Dari hasil penyebaran angket diketahi bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kadang-kadang memberikan program pengayaan dengan presentase sebesar 63.9%,sebanyak 18.1% menyatakan selalu dan tidak pernah memberikan program pengayaan. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 32
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
KEGIATAN PENGAYAAN
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
13
18.1
2
Kadang-kadang
46
63.9
3
Tidak pernah
13
18.1
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu pula bagi siswa yang melampaui target ketuntasan denga nilai sangat baik , sudah selayaknya jika guru memberikan program percepatan. Dari hasil penyebaran angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitaian menyatakan tidak pernah, dengan presentase sebesar 54.2%, sebayak 38.9% menyatakan kadang-kadang dan 6.9% meyatakan selau. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 33
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PELAKSANAAN PROGAM PERCEPATAN
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
5
6.9
2
Kadang-kadang
28
38.9
3
Tidak pernah
39
54.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Idialnya dalam menilai hasil belajar guru sudah selayaknya menilai berdasarkan pengamatan aktifitas siwa dikelasdan dalam kegiatan beajar kelompok. Dari hasil angket diperoleh sebagian basar subjek penelitian kadang-kadang dengan presentase sebesar 56.9, sebanyak 38.9% menyatakan tidak pernah dan selebihnya 4.2% tidak menjawab. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 34
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGAMATAN AKTIFITAS SISWA
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak mejawab
3
4.2
2
Selalu
0
0
3
Kadang-kadang
41
56.9
4
Tidak pernah
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
5. Hambatan-hambatan dalam Melaksanakan KBK
Hambatan-hambatan dalam KBK merupakan segala sesuatu yang dianggap sebagai kendala dalm KBK itu sediri. Adapun kendala-kendala tersebut yang meliputi kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai KBK , kendala dalam memanfatakan sumber belajar dalam kegiatan PBM, Kendala dalam melaksanakan berbagai metode pembelajaran dalam PBM, kendala dalam melaksanakan hasil evaluasi belajar sesuai KBK, kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan percepatan.
Kendala yang ditemui guru dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai KBK. Dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subjek penelitian menyatakan bahwa kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah tidak adawaktu dengan presentase sebesar 56.9%, sedangkan 38,9% menyatkan beban mengajar terlalu banyak dan selebihnya 4.2% menyatakan terlalu rumit. Hal ini sebagaimana diasajikan dalam tabel berikut.
TABEL 35
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN PENGAMATAN AKTIFITAS SISWA
No
URAIAN
f
%
1
Terlalu rumit
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Beban mengaja terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga kendala yang di temui guru dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar. Dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala dalam memanfaatkan sumber belajar adalah tidak ada waktu dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% menyatakan beban mengajar terlalu banyak dan selebihya 4.2% menyatakan terlalu rumit. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 36
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASRKAN
MEMANFAATKAN BERBAI SUMBER BELAJAR
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu rumit
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Beban mengaja terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu kendala yang ditemui oleh guru dalam memanfaatkan berbagai metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar . dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subjek penelitian menyatakan kendala memanfaatkan metode pembelajaran adalah tidak ada dukungan sararanaKBM dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% jumlah siswa kelas terlau banyak dan selebihnya 4.2% menyataka terlalu banyak beban materi pembelajaran. Hal ini disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 37
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu beban materi
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada dudungan saran KBM
41
56.9
4
Jumlah siswa Kelas terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Adapun kendala yang ditemui guru dalam evaluasi hasil belajar sesuai dangan KBK . dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan kendala dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai KBK adalah format penilaian terlalu sulit dikerjakan dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% menyatakan tidak ada waktu untuk berbagai jenis evaluasi dan selebihnya 4.2% terlalu banyak sisiwa yang dievaluasi . Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 38
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu banyak sisiwa yang dievauasi
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Format penilaian terlalu sulit dan rumit untuk dikerjakan
41
56.9
4
Jumlah siswa kelas terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedangkan kendala yang ditemui guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan dan percepatan. Dari hasil angket di peroleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas; program remidial, pengayaan dan percepatn adalah tidak ada waktu dengan presentase sebesar 56.9%, sebayak 38.9 menyatakan jumlah siswa terlalu banyak dan selebihnya 4.2% menyatakan terlalu banyak beban mengajar. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel.
TABEL 39
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN EVALUASI HASIL BELAJAR
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu banyak beban mengajar
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Terlalu banyak siswa yang dievaluasi
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari paparan tersebut dapaT ditarik kesimpulan bahwa kendala dalam pelaksanaan KBK baik dalam hal peyusunan rancangan pembelajaran , Pelaksanaan PBM yang meliputi penggunaan media, sumber dan metode belajar, pelaksanaan program pembelajaran tutas, dan evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam penyusunan rancangan pembelajaran diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala yang dihadapi adalah tidak adanya waktu dan penyusunan yang terlalu rumit . Hal ini seperti yang dikemukakan oleh guru MD di salah satu MTsN di kabupaten Blitar yang menyatakan sebagi berikut.
“Waduh saya kalau disuruh membuat rancangan pembelajaran dan perangkatnya sepertinya saya tidak cukup waktu untuk mengerjakanya, tapi saya membuat rancangan dalam bentuk draf saja dan belum sempat saya susun yang baik, beban ngajar saya cukup banyak jadi ya.... tak cuku waktu untuk membuat yang bagus ( Wawancara santai , tanggal 23 Agustus 2007 dikantin sekolah)
Dalam hal penggunaan media , sumber belajar dan metode pembelajaran, kendala yang sering dihadapi guru adalah kurang memadahi sarana untuk menunjang pelaksanan KBK secara Optimal. Sehingga pelaksanaan pembelajaran sering tidak dapat menggunakan media. Sumber belajar dengan baik pula. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak SG sebagai berikut;
“Dalam pembelajaran KBK didini agak sulit dilaksanakan dengan optimal , hal ini dikarenakan kurang mendukungnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, sebagai contoh, saya ingin menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar siswa pada pertemuan saya, namun kondisi buku-buku diperpustakaan yang minim menyulitkan siswa menemukan sumber belajar yang banyak., begitu juga dengan media koran atau majalah yang sangat terbatas dan bahkan koran tidak ada pada tempatnya., menyulitkan saya untuk memanfaatkan sumber belajar yang baik.” (Wawancaera, tanggal 27 September 2007 diruang guru)
Sementara kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan dan percepatan antara lain tidak cukup waktu untuk menuntaskan siswa . dan tidak jarang siswa diremidi berkali-kali masih saja hasilnya belum tuntas. Sehingga waktu yang ada dan tersisa hanya untuk menuntaskan siswa tersebut yang mengakibatkan materi yang seharusnya dapat segera dijelaskan pada pertemuan berikutnya tidak dapat sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat guru. Yang secara optimal berpengaruh pada pencapaian target materi dalam semester tersebut. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Ibu WD sebagi berikut:
“Program remidial ini yan sangat berat , tidak jarang sebagi guru saya sudah mengusahakan semaksimal mungkin dalam memberikan materi, namaun masih ada siswa yang harus remidi, dan ini sangat mengganggu program mengajar saya. Dan yang menyakitkan tidak sedikit siswa yang bersifat apatis terhadap pengumuman yang saya buat, tentang remidinya namun pelaksaananya dia tdak datang untuk remidi kalau begini bagai mana? Sudah lebih dari dua kali remidi tapi masih saja tidak tuntas, terus bagaimana? Masak saya harus remidi-remidi terus nah yang lain bagaimana? Kadang saya bingung kalau begini”. (Wawancara, tanggal 29 September 2007 diruang guru).
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini perlu penulis jelaskan tentang latar belakang obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum keberadaan Mdrasah Tsanawiyah negeri di wilayah Kabupaten dan Kota Blitar yang dijadikan obyek penelitian. Dengan gambaran ini diharapkan dalam menginterprestasikan penelitian dapat dilakukan secara konprehensip.
Keberadaan lembaga pendidikan khususnya Madrasah tsanawiyah di Kabupaten dan Kota Blitar sebagaimana Madrasah Tsanawiyah pada umumnya di Indonesia didirikan oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam, sebagai respon untuk memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran umum dan agama.
Proporsi untuk pelajaran umum dan agama di Madrasah Tsanawiyah dengan perbandingan 70 persen mata pelajaran umum dan 30 persen mata pelajaran agama. Jadi Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan tingkat SLTP yang berciri khas agama Islam.
Karena kehadiran MTs di Indonesia sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keberadaannya sebagian besar adalah berstatus Swasta, sedangkan MTs Negeri jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Mts Swasta. Demikian pula MTs yang berada diwilayah Kabupaten dan Kota Blitar, dari 34 Madrasah Tsanawiyah yang berstatus Swasta ada 23 MTs (67,64%) sedangkan MTs yang berstatus Negeri hanya 11 MTs (32,36%).
Menurut sejarahnya dari 11 MTs tersebut, semua adalah MTs Swasta, yang kemudian di negerikan. Sebagai gambaran MTs Negeri yag berada di Kabupaten dan Kota Blitar, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
TABEL 1
DATA MTsN, JUMLAH MURID DAN GURU DI KABUPATEN
DAN KOTA BLITAR
Tahun Pelajaran 2007 / 2008
Sumber : Olahan data skunder dari Mapenda Kabupaten dan Kota Blitar.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kondisi jumlah murid sangat berfariasi. Bagi MTsN yang sudah berdiri berkisar 30 tahun, rata-rata memiki siswa antar 800 – 1000 siswa. Sedangkan MTsN yang berdiri sekitar 15 tahun kebawah, rata-rata mempunyai siswa antara 200 – 700 siswa.
Dari aspek sarana dan prasarananyapun juga bervariasi, ada MTsN yang sudah cukup mempunyai sarana pendidikan yang lengkap seperti laboratorium, ruang ketrampilan, dan perpustakaan yang sudah memadai, namun MTsN yang lain (yang masih baru berkembang) masih belum memiliki sarana prasarana yang cukup.
B. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini gambaran umum subyek penelitian terdiri dari umur, pendidikan terakhir, fakultas, lama mengajar, jumlah mata pelajaran, jumlah jam dan beban lain selain mengajar. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik subyek dalam penelitian ini, akan diuraikan secara jelas sebagai berikut ini.
1. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Umur
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 2
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN UMUR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat dari 72 subyek yang tercakup, ternyata sebagian besar subyek memiliki umur yang berkisar antara 36 – 40 tahun sebanyak 35 orang (48.6%), kemudian diikuti dengan subjek dengan kisaran umur antara 41 – 45 tahun sebanyak 18 orang (25%), sedangkan subjek yang mempunyai kisaran umur di atas 45 tahun sebanyak 1 orang (1.4%), selanjutnya untuk subyek dengan kisaran umur antara 31 – 35 tahun sebanyak 15 orang (20.8%), dan sisanya sebanyak 3 orang subyek (4.2%) memiliki kisaran umur dibawah 30 tahun. Dengan demikian dari 72 subyek yang tercakup, mayoritas subyek dalam penelitian ini berusia antara 36 – 40 tahun.
2. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
TABEL 3
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENDIDIKAN
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar 19.9% masih berpendidikan D-3, sedangkan yang berpendidikan S-1 sudah mencapai 77.8% dan yang berpendidikan S-2 sebanyak 8.3%. dengan demikian dapat dikatan bahwa dari segi kualifikasi pendidikan para guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sudah memenuhi standart kelayakan sebagaimana diharapkan oleh Pemerintah.
3. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Fakultas
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL 4
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FAKULTAS
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota blitar, sebagian besar (91.7%) berasal dari fakultas kependidikan sedangkan yang (8.3%) bersal dari fakultas non kependidikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru MTsN telah memiliki latar belakang kependidikan (Tarbiyah, FKIP/FIP), hanya sebagian kecil yang memiliki latar belakang non kependidikan. Dari obsevasi penulis, di antara subyek penelitian yang non kependidikan umumnya berasal dari fakultas syariah dan adab IAIN.
4. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Lama Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan lama mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
LAMA MENGAJAR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sebagian besar memiliki pengalaman mengajar yang berkisar antara 7-9 tahun sebanyak 28 orang (38.9%), kemudian guru yang mempunyai pengalaman mengajar kurang dari 3 tahun sebanyak 16 orang (22.2%), sedangkan guru yang mempunyai kisaran pengalaman mengajar 4-6 tahun sebanyak 25 orang (20.8%), selnjutnya untuk guru dengan kisaran pengalaman mengajar antara 10-12 tahun sebanyak 11 orang (15.3%), dan sisanya sebanyak 2 oarang guru (2.8%) memiliki kisaran pngalaman mengajar di atas 12 tahun. Dengan demikian dapat dikatan bahwa myoritas subyek dalam penelitian ini memiliki penglaman mengajar 7-9 tahun.
5. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasrkan Jumlah Mata Pelajaran
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan jumlah mata pelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
JUMLAH MATA PELAJARAN
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru yang mengajar 1 bidang studi ada 60 orang (83.3%), sedangkan yang mengajar 2 bidang studi ada 9 orang (12.5%), dan yang mengajar 3 mata pelajaran ada 3 orang (4.2%).
Keadaan ini merupakan hal yang sangat wajar terjadi mengingat guru mata pelajaran harus benar-benar sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki (sesuai dengan jurusan). Apabila seorang guru mengajar lebih dari 1 bidang studi, hal ini disebabkan pada mata pelajaran tertentu jumlah guru yang ada masih belum mencukupi, sehingga terpaksa harus diserahkan pada guru dengan bidang studi yang masih dalam satu rumpun keilmuan.
6. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jumlah Jam Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasrkan jumlah jam dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
JUMLAH JAM MENGAJAR
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru MTsN Kabupaten dan Kota Blitar sebagian besar (23.3%) mengajar dengan jam > 22 jam. Sedangkan guru yang lain mengajar dengan jumlah jam 10 – 14 jam dan 14 – 22 jam, masing-masing sebanyak 22 orang (30.6) sedangkan guru yang mengajar kurang dari 10 jam ada 4 orang (5.6%). Keadaan ini merupakan sesuatu yang sering terjadi mengingat dalm struktur kurikulum, ada beberapa mata pelajaran dengan jumlah jam yang banyak, tetapi jumlah guru yang ada relatif terbatas, sehingga terpaksa ada beberapa guru yang diberi beban mengajar banyak sesuai dengan jumlah jam yang ada. Dapula dalam srtuktur kurikulum, beberapa mata pelajaran dengan jumlah jam yang sedikit sehingga beban mengajar guru sedikit.
7. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Beban Lain Selain Mengajar
Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan beban lain selain mengajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
BEBAN LAIN SELAIN MENGAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak ada
31
43.1
2
1 tugas lain
22
30.6
3
2 tugas lain
17
23.6
4
3 tugas lain
2
2.7
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari subyek penelitian (guru) sebagian besar 31 oarang (43.1%) tidak mempunyai beban lain selain mengajar. Sedangkan yang mendapatkan 1 tugas lain selain mengajar ada 22 orang (30.6%), yang mendapatkan 2 tugas lain ada 17 orang (23.6%). Dan sisanya 2 orang (2.7%) mendapatkan 3 tugas lain selain tugas mengajar.
Keadaan ini merupakan konsekuensi logis dari jumlah jam mengajar yang dimiliki oleh guru. Jika jumlah jam mengajar guru sudah banyak, maka pemberian tugas / beban lain selain mengajarpun tidak ada,namun jika jumlah jam mengajarnya relatif sedikit, maka beban lain selain mengajar disesuaikan. Pemberian tugas tersebut, antar lain piket guru, tatibsi, sebagai waka, bendahara, wali kelas dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan sekolah.
C. Penyajian Data
Berikut ini akan disajikan data sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pengetahuan dan Pemahaman KBK
Dalam fokus pengetahuan dan pemahaman KBK ini disajikan pengetahuan guru tentang KBK yang meliputi tahu/tidaknya guru tentang KBK,
Waktu mengetahui adanya KBK dan sumber informasi adanya KBK itu sendiri. Sedangkan pemahaman KBK merupakan sampai sejauh mana pengertian guru tentang KBK itu sendiri dan pelaksanaannya, yang meliputi keikutsertaan dalam pelatihan KBK, pemahaman konsep KBK itu sendiri, serta penyusunan perangkat pembelajaran dan evaluasi yang sesuai dengan konsep KBK.
Pengetahuan KBK
Dilihat dari pengetahuan guru tentang adanya KBK, berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan guru tentang adanya KBK yang meliputi tahu/tidaknya guru tentang KBK. Sebagian besar subyek penelitian menyatakan tahu dengan presentsi 75%,16% menyatakan kurang tahu dan 8.3% menyatakan tidak tahu. Secara jelas hal ini disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
TAHU / TIDAKNYA ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Tahu
6
8.3
2
Kurang Tahu
12
16.7
3
Tahu
54
75.0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedangkan dalam hal waktu mengetahui adanya KBK, dari hasil angket diketahui sebesar 70.8% subyek penelitian mengetahui adanya KBK sejak tahun 2004 dan 29.2% subyek penelitian mengetahui adanya KBK sejak tahun 2003. hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 10.
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
WAKTU MENGETAHUI ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
2004
51
70.8
2
2003
21
29.2
3
2002
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Adapun mengenai sumber informasi adanya KBK itu sendiri disajikan dalam tabel berikut ini
TABEL 11
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
SUMBER INFORMASI ADANYA KBK
No
URAIAN
f
%
1
Penataran Guru
57
79.2
2
Kepala Sekolah
7
9.7
3
Pengawas Pendidikan
5
6.9
4
Lainnya
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut diketahui sebesar 79.2% subyek penelititan menyatakan bahwa mereka mengetahui adanya KBK dari penataran guru, sebanyak 9.7% menyatakan dari Kepala Sekolah dan 6.9% dari Pengawas Pendidikan serta 4.2% menyatakan dari yang lain seperi dari Diknas, teman sejawat dan lain sebagainya.
Berdasarkan frekuensi mengikuti penataran KBK, sebagian besar subyek penelitian menyatakan 2 kali dengan presentase sebesar 54.2%, sebanyak 37.5% menyatakan mengikuti penataran KBK sebanyak 1 kali dan selebihnya sebanyak 8.3% subyek penelitian menyatakan mengikuti penataran KBK sebanyak 3 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FREKUENSI MENGIKUTI PENATARAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
1 kali
27
34.7
2
2 kali
39
62.5
3
3 kali
6
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari keikutsertaan subyek dalam penataran KBK dapat diketahui penyelenggara penataran/pelatihan KBK tersebut adalah dari Diknas Kota dan Depag Provinsi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Fth yang menyatakan sebagai berikut :
“Saya mengikuti penataran KBK itu hanya 2 kali yang diselenggarakan oleh Diknas Kota dan Depag Propinsi. Dari sekolah saya rasa belum ada workshop atau penataran yang diselenggarakan oleh sekolah saya”. (Wawancara tanggal 25 september 2007 di MTsN Sumberjo)
Untuk lebih memperdalam pemahaman KBK, dirasa perlu guru mengembangkannya dengan terlibat dalam forum MGMP. Hal ini ditunjukkan dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kadang-kadang terlibat dalam forum MGMP sebesar 62.5%, dan sebanyak 34.7% menyatakan seringkali terlibat dalam forum MGMP dan selebihnya sebesar 2.8% menyatakan tidak pernah terlibat dalam forum MGMP. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
FREKUENSI TERLIBAT DALAM FORUM MGMP
No
URAIAN
f
%
1
Seringkali
25
34.7
2
Kadang-kadang
45
62.5
3
Tidak pernah
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Bagi subyek yang menyatakan tidak pernah terlibat dalam forum MGMP, menyatakan bahwa mereka tidak pernah terlibat forum MGMP disebabkan forum itu ada dalam rumpun mata pelajaran mereka. Sebagaimana pengakuan dari Bapak WS yang menyatakan sebagai berikut:
“Gimana mau terlibat dalam forum tersebut, lha wong forumnya tidak ada, pak, bagaimana mau terlibat ? Melibatkan diri dimana ? Lha wong wadahnya saja tidak ada, ya kan ...” (Wawancara, tanggal 27 September 2007, di ruang guru MTsN Langkapan)
Pemahaman KBK
Pemahaman KBK merupakan sampai sejauhmana pengertian guru tentang KBK itu sendiri dan pelaksanaannya, yang meliputi pemahaman konsep KBK, penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi yang sesuai dengan konsep KBK.
Edialnya, seseorang setelah mengikuti suatu pelatihan/penataran seharusnya konsep dalam pelatihan/penataran tersebut dapat dipahami untuk selanjutnya di implementasikan. Begitu juga dengan sosialisasi konsep KBK, sebagian besar subyek penelitian menyatakan sangat memahami dengan presentase sebesar 66.7% dan sebanyak 22.2% menyatakan memahami serta 11.1% menyatakan kurang memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 14
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN KONSEP KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
8
11.1
3
Memahami
16
22.2
4
Sangat Memahami
48
66.7
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Jika pemahaman konsep KBK baik, maka pemahaman penyusunan perangkat pembelajaran PROTA dan PROMES sesuai dengan pedoman KBK juga menunjukkan hal yang sama, dimana sebagian subyek penelitian menyatakan sangat memahami sebesar 55.6% dan 44.4% menyatakan memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 15
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
0
0
3
Memahami
32
44.4
4
Sangat Memahami
40
55.6
Jumlah
72
100.0
Sumber :Data Primer Diolah
Hal tersebut juga ditunjukkan dalam hal pemahaman perangkat pembelajaran penyusunan Silabus sesuai dengan konsep KBK, dimana sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami sebesar 48.6%, disusul sangat memahami 44.5% dan selebihnya 48.6% menyatakan memahami. Keadaan ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 16
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN SILABUS DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
0
0
2
Kurang Memahami
5
6.9
3
Memahami
35
48.6
4
Sangat memahami
32
44.5
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga dengan pemahaman perangkat pembelajaran Penyusunan Rencana Pembalajaran (RP) sesuai dengan pedoman KBK, sebagian besar subyek penelitian sangat memahami dengan presenatse sebasar 56.9%, sebanyak 40.3% menyatakan memahami dan hanya sebesar 2.8% menyatakan tidak memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 17
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN
DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
2
2.8
2
Kurang Memahami
0
0
3
Memahami
29
40.3
4
Sangat memahami
41
56.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedikit berbeda dengan penyusunan silabus dan rencana pembelajaran, pemahaman subyek yentang penyusunan modul pembelajaran sesuai KBK relatif lebih rendah. Subyek penelitian yang menyatakan memahami sebesar 41.7%, kurang memahami sebanyak 30.5%, menyatakan sangat memahami hanya 22.2% dan selebihnya menyatakan tidak memahami dengan presenatse 5.6%. hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 18
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN
DENGAN KBK
No
URAIAN
f
%
1
Tidak Memahami
4
5.6
2
Kurang Memahami
22
30.5
3
Memahami
30
41.7
4
Sangat memahami
16
22.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu pula dengan pemahaman bahwa pembelajaran KBK menggunakan berbagai sumber belajar yang memeuhi unsur edukatif, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase sebesar 72.2%, sebanyak 25% menyatakan kurang memahami dan 2.8% menyatakan sangat memahami. Keadaan ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
TABEL 19
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK PERLU MENGGUNAKAN BERBAGAI SUMBER BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak Memahami
0
0
3
Kurang Memahami
18
25.0
4
Memahami
52
73.2
5
Sangat memahami
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara pemahaman tentang pembelajaran dengan KBK menggunakan berbagai metode pembelajaran, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase sebesar 73.6%, sebanyak 23.6% menyatakan kurang memahami, selebihnya 2.8% tidak memahami. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
TABEL 20
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK MENGGUNAKAN
BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
2
2.8
3
Kurang memahami
17
23.6
4
Memahami
53
73.6
5
Sangat memahami
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga pemahaman tentang pendekatan belajar tuntas (mastery learning) mensyaratkan adanya kegiatan Remidial, Pengayaan dan Percepatan belajar, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 69.4%, sebanyak 30.6% menyatakan kurang memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 21
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PEMBELAJARAN KBK MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUNTAS
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
22
30.6
4
Memahami
50
69.4
5
Sangat memahami
0
0
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Disamping itu pemahaman tentang evaluasi hasil belajar siswa dalam KBK menilai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 72.2%, sedangkan yang 22.2% menyatakan kurang memahami, selebihnya 5.6% menyatakan sangat memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel sebagai berikut.
TABEL 22
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN EVALUASI DALAM KBK
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
16
22.2
4
Memahami
52
72.2
5
Sangat memahami
4
5.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu pemahaman tentang penilaian belajar itu sendiri lebih menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan kompetensi, sebagian besar subyek penelitian menyatakan memahami dengan presentase 66.7%, sedangkan 27.7% menyatakan kurang memahamidan selebihnya 5.6% menyatakan sangat memahami. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 23
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMAHAMAN PENILAIAN MENEKANKAN
PADA PROSES
No
URAIAN
f
%
1
Sangat tidak memahami
0
0
2
Tidak memahami
0
0
3
Kurang memahami
20
27.7
4
Memahami
48
66.7
5
Sangat memahami
4
5.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari berbagai indikator pemahaman KBK di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman subyek penelitian tentang KBK dikategorikan cukup baik dengan rata-rata di atas 66 persen. Kenyataan ini subyek penelitian rata-rata mengikuti penataran KBK dua kali, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Daerah Kota/Kabuaten Blitar atau tingkat Propinsi Jawa Timur.
Pelaksanaan KBK
Ketika pengetahuan dan pemahaman KBK kategorinya cukup baik, apakah demikian halnya dalam pelaksanaan KBK. Indikator pelaksanaan KBK meliputi Penyusunan Rancangan Pembelajaran, mulai dari penyusunan rogam tahunan (Protap), progam semster (Promes), penyusunan silabus, penyusunan Rencana Pembelajaran (RP) dan penyusunan modul pembelajaran. Selain itu juga dilihat dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan KBK Dalam Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Dari hasil penyebaran angket diperoleh hasil bahwa dalam tahun pelajaran 2007-2008 subyek menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi Progam Tahunan, Progam Semester, Silabus Pembelajaran, Rencana Pembelajaran dan Modul Pembelajaran yang sesui dengan pedoman KBK, sebagian besar subyek penelitian menjawab 4 kegiatan dengan presentase sebesar 43.1%, sebanyak 22.2% menjawab menyusun perangkat pembelajaran sebanyak 5 kegiatan, sebanyak 13.9% menjawab 3 kegiatan, dan selebihnya masing-masing sebesar 6.9% menjawab 2 kegiatan, 1 kegiatan dan bahkan tidak menyusun rancangan pembelajaran. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 24
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menyusun rancangan pembelajaran
5
6.9
2
Menyusun 1 kegiatan rancangan pembelajaran
5
6.9
3
Menyusun 2 kegiatan rancangan pembelajaran
5
6.9
4
Menyusun 3 kegiatan rancangan pembelajaran
10
13.9
5
Menyusu 4 kegiatan rancangan pembelajaran
31
43.1
6
Menyusun 5 kegiatan rancangan pembelajaran
16
22.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam hal penyusunan rancangan pembelajaran berkategori cukup, ini berarti masih perlu adanya peningkatan lagi dimana dalam tabel tersebut masih ditemui subyek yang tidak melakukan penyusunan rancangan pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas pokok dari guru sebelum dia melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, di sekolah-sekolah yang ada masih sedikit bapak/ibu guru yang mengumpulkan Rancangan Pembelajarannya di bagian Kurikulum pada setiap semesternya. Sehingga dari sekian mata pelajaran yang ada, kalaupun ada yang mengumpulkan Rancangan Pembelajaran itupun hanya beberapa orang guru saja yang membuat Rancangan Pembelajaran dan diserahkan dibagian kurikulum.
Namun demikian, jika datanya sebagian besar bapak dan ibu guru tersebut menyatakan sudah membuat persiapan mengajar namun masih belum semat dikumpulkan. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan Bapak SA seorang waka kurikulum da MTsN Sumberjo Kabupaten Blitar yang menyatakan sebagai berikut:
“Wah susah pak, guru-guru itu kalau diminta Rancangan Pembelajarannya, khususnya guru yang kelas IX dengan KBK ini. Rancangan Pembelajaran yang masuk ke kurikulum hanya sebagian kecil jika dibandingkan dengan jumlah guru yang ada.” (Wawancara, tanggal 4 September 2007 dikantor kurikulum)
Hal senada juga diunkapkan oleh guru MD disalah satu MTsN di Kabupaten Blitar yang menyatakan sebagai berikut:
“Ya, pak... saya sudah menyusun Rancangan Pembelajaran namun saya belum sempat mengumpulkan di Kurikulum, dan masih saya tulis tangan belum saya ketik... saya tidak sempat... habis kerjaan guru kelas X ini banyak sekali... terus terang saya agak keteteran.” (Wawancara santai, tanggal 5 September 2007 di kantin sekolah Pelaksanaan KBK dalam Kegiatan Belajar Mengajar(KBM))
3. Pelaksanaan KBK Dalam Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan KBK dalam Kegiatan Pembelajaran merupakan kegiatan implementasi dari kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini meliputi kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, penggunaan berbagai metode pembelajaran, dan pemanfaatan berbagai sumber media pembelajaran.
Dari hasil penyebaran angket diperoleh hasil bahwa dalam tahun pelajaran 2007-2008 subyek memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti buku teks/paket, Lembar Kerja Siswa, Kliping Media Cetak (koran, majalah), Dokumen data instansi lain, dan informasi media elektronik(TV, radio, internet). Sebagian subyek penelitian manjawab memanfaatkan 3 macam sumber belajar dengan presentase 37.5%, sedangkan yang 25% menjawab memanfaatkan sumber belajar sebanyak 2 macam, demikian pula 23,6% menjawab 4 macam sumber belajar, dan selebihnya masing-masing sebesar 4.2% menjawab memanfaatkan 5 macam sumber belajar. Sumber belajar yang umum dimanfaatkan guru yaitu buku teks/majalah. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 25
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
3
4.2
2
Memanfaatkan 1 macam sumber belajar
3
4.2
3
Memanfaatkan 2 macam sumber belajar
18
25
4
Memanfaatkan 3 macam sumber belajar
27
37.5
5
Memanfaatkan 4 macam sumber belajar
17
23.4
6
Memanfaatkan 5 macam sumber belajar
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa subyek dalam proses pembelajaran sudah memanfaatkan sumber belajar antara lain dengan menggunakan buku paket, LKS, atau Kliping Media Cetak. Namun masih jarang dijumpai guru menggunakan sumber belajar dengan memanfaatkan dokumen dari instansi lain atau menggunakan internet sebagai salah satu sumber belajar. Hal ini yang sebagaimana dikemukakan oleh bapak Q dari salah satu guru di MTsN Kota Blitar sebagai berikut :
“Disini sulit pak kalau menggunakan sumber belajar dengan menggunakan internet... ataupun keluar mengunjungi sebuah instansi tersebut sebagai sumber belajar, waktunya tidak cukup, belum lagi fasilitas yang masih belum memadai untuk melakukan itu”. (Wawancara, tanggal 26 September 2007, di ruang guru)
Dalam hal penggunaan berbagai metode/pendekatan pembelajaran, banyak variasi yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain dengan menggunakan ceramah, pemecahan masalah, kolaboratif, inquiri, autentik/unjuk kerja, tugas/proyek dan lain sebagainya tergantung kreatifitas dan inofasi guru dalam proses belajar dan pembelajaran.
Dari hasil penyebaran angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menjawab hanya menggunakan 3 macam variasi metode/pendekatan pembelajaran sebanyak 41,4%, sebanyak 31,4% menyatakan menggunakan 4 macam variasi metode pembelajaran, 15.7% menyatakan menggunakan 2 macam variasi metode pembelajaran, dan hanya 8.6% yang menyatkan menggunakan 5 macam variasi metode pembelajaran. Hal ini sebagaimana disjikan dalam tabel berikut.
TABEL 26
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN METODE PEMBELAJARAN
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
0
0
2
Memanfaatkan 1 macam sumber belajar
2
2.9
3
Memanfaatkan 2 macam sumber belajar
11
15.7
4
Memanfaatkan 3 macam sumber belajar
29
41.4
5
Memanfaatkan 4 macam sumber belajar
22
31.4
6
Memanfaatkan 5 macam sumber belajar
6
8.6
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa subyek penelitian kurang mampu melaksanakan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan efektifitas kegiatan belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, guru-guru umumnya menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. Sebagian kecil saja yang meggunakan metode inquiri, kolaboratif maupun unjuk kerja. Hasil ini didukung dengan pernyataan dari ES salah satu guru MTsN Kepanjen Kidul Blitar sebagai berikut:
“Saya biasa menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Saya merasa kesulitan ketika saya akan mengetrapkan metode pembelajaran kolaboratif atau inquri, karena anak-anak pasif disamping jumlah siswa kelas terlalu banyak” (Wawancara, tanggal 27 September 2007 di ruang guru)
Agak berbeda dengan pendapat guru BM,
”Saya dalam melaksanakan pembelajaran berusaha menggunakan metode yang bervariatif agar anak-anak tidak bosan dengan pelajaran saya. Dalam pembelajaran sekali-kali saja saya menggunakan ceramah, yang paling menyenagkan siswa jika saya menggunakan metodebermain peran, diskusi sehingga siswa mau tidak mau jadi terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, saya pun menyampaikan materi tidak mengalami kesulitan” (Wawancara, tanggal 27 September 2007, di ruang guru)
Sementara itu dalam hal penggunaan media pembelajaran pun banyak media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran antara lain dengan alat peraga, media audio, media visual, media audio visual, laboratorium, lingkungan alam/sosial.
Dari hasil penyebaran angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan hanya menggunakan 1 macam media pembelajaran dan 2 macam media pembelajaran masing-masing sebesar 29.2%, 15.3% menyatakan menggunakan 3 macam media pembelajaran, 11.1% menyatakan tidak menggunakan media pembelajaran, 5.6% menyatakan menggunakan 4 macam media pembelajaran. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 27
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak menjawab
8
11.1
2
Memanfaatkan 1 macam media pembelajaran
21
29.2
3
Memanfaatkan 2 macam media pembelajaran
21
29.2
4
Memanfaatkan 3 macam media pembelajaran
11
15.3
5
Memanfaatkan 4 macam media pembelajaran
4
5.6
6
Memanfaatkan 5 macam media pembelajaran
3
4.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut secar umum, subyek penelitian dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik, namun demikian pengunaan media belum dapat dilaksanakan denga optimal, karena media yang digunakan jumlahnya masih sangat terbatas, sehingga pelaksaan penggunaan media dapat dikataan belum optimal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh bapak Qdr, yang menyatakan sebagai berikut :
“Untuk penggunakan media pebelajaran disini masih relatif sederhana dan jumlahnya yang ada juga tidak memadahi untuk memenuhi seluruh siswa, sehingga saya masih kesulitan dengan penggunaan media pembelajran yang diperlukan”. (Wawancara, tanggal 27 September 2007 di ruang guru).
Hal ini senada dengan pernyataan dari ibu WD yang menyatakan sebagai berikut :
“Saya sih enginya menggunakan OHP tapi tidak dengan mudahnya saya menggunakan nya, artinya tidak dapat sewaktu-waktu saya dapat menggunakan media tersebut, karena jumlah media tersebut yang terbatas sehigga tidak jarang saya memutuskan untuk tidak meggunakan media tersebut”. (Wawancara, , tanggal 27 September 2007 di ruang guru)
4. Pelaksaan KBK dalam Evaluasi Hasil Belajar
Pelaksaan KBK dalam Hasil Evaluasi Belajar merupakan kegiatan implementasi dari evaluasi hasil belajar khususnya dalam hal penilaian yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini meliputi penilaian dalam tiga aspek belajar, penggunaan berbagai macam test, penggunaan instrumen penilaian efektif, pelaksaan kegiatan remidial, pemberian program pengayaan, pelaksanaan program percepatan, memberikan penilaian berdasarkan aktifitas siswa dikelas.
Dalam hal penilaian pada tiga aspek belajar yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik, dari hasil angket dieroleh bahwa sebagian besar subyek penelitian melakukan penilaian pada aspek belajar pada ketiga aspek tersebut dengan presentase 76.4%, sebanyak 15.3% subyek penelitian melaksanakan 2 aspek belajar saja dan 6,9% tidak menjawab. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 28
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENILAIAN PADA 3 ASPEK BELAJAR
No
URAIAN
f
%
1
Tidak menjawab
5
6.9
2
Menilai pada 1 aspek belajar
0
0
3
Menilai pada 2 aspek belajar
11
15.3
4
Menilai pada 3 aspek belajar
55
76.4
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu dalam menilai aspek koknitif , guru dapat menggunakan berbagai macam bentuk, test untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan kognitif siswanya yang meliputi tes lisan, tes pilihan ganda, tes uraian obyektif, tes uraian non-obyektif, tes menjodohkan, bentuk unjuk kerja/performan, dan portofolio.
Dari hasil angket menunjukkan sebagian besar subyek penelitian menggunakan 6 macam tes untuk menilai aspek kognitif, dengan presentase sebesar 26.4%. Sebanyak 22.2% subyek penelitian menggunakan 4dan 5 macam test, 19.4% subyek penelitian menggunakan 3 macam tes, 6.9% subyek penelitian 2 macam tes. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 29
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGGUNAAN MACAM TEST KOGNITIF
NO
URAIAN
F
%
1
Menggunakan 1 macam test
0
0
2
Menggunakan 2 macam test
5
6.9
3
Menggunakan 3 macam test
14
19.4
4
Menggunakan 4 macam test
16
22.2
5
Menggunakan 5 macam test
16
22.2
6
Menggunakan 6 macam test
19
26.4
7
Menggunakan 7 macam test
2
2.8
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga dalam hal menilai aspek afektif siswa, guru dapat menggunakan instumn penilaian yag berupa kuisioner dan ceklist observasi. Dari angket diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menggunakan 1 macam instrumen saja untuk menilai aspek afektif dengan presentase 55.6%, sebanyak 26.4% meyatakan tidak menggunakan instrumen dalam menilai aspek afektif. Dan selebihnya 18.1% menyatakan menggunakan 2 macam instumen dalam penilaian afektif. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tbel sebagai berikut.
TABEL 30
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGGUANAAN MACAM INSTUMEN AFEKTIF
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak menggunakan
19
26.4
2
Menggunakan 1 macam test
40
55.6
3
Menggunakan 2 macam test
13
18.1
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari pengamatan penulis, subyek penelitian dalam menilai aspek afektif lebih mengandalkan hasil pengamatan daripada menggunakan kuisioner. Hal ini karena belum adanya bentuk program kuisioner yang baku dibuat oleh pihak sekolah.
Dalam penilaian dengan KBK dikenal adanya pendekatan belajar tuntas, untuk itu siswa harus memenuhi tuntutan tertentu dalam setiap mata pelajaran. Sehingga terhadap siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, perlu diberikan kegiatan remidial agar siswa tersebut mampu mencapai ketuntasan belajarnya.
Dari hasil penyebaran angket diperoleh dari sebagian besar subyaek penelitian kadang-kadang memberikan kegiatan remididal bagi siswa yang belum tuntas yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 61.1%, 30.6% meyatakan tidak pernah dan hanya 8.3% yang menyatakan selalu. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 31
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PELAKSANAAN PROGAM REMIDIAL
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
6
8.2
2
Kadang-kadang
44
61.1
3
Tidak pernah
22
30.5
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal, seharusnya siswa tersebut diberikan program pengayaan. Dari hasil penyebaran angket diketahi bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kadang-kadang memberikan program pengayaan dengan presentase sebesar 63.9%,sebanyak 18.1% menyatakan selalu dan tidak pernah memberikan program pengayaan. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 32
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
KEGIATAN PENGAYAAN
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
13
18.1
2
Kadang-kadang
46
63.9
3
Tidak pernah
13
18.1
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu pula bagi siswa yang melampaui target ketuntasan denga nilai sangat baik , sudah selayaknya jika guru memberikan program percepatan. Dari hasil penyebaran angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitaian menyatakan tidak pernah, dengan presentase sebesar 54.2%, sebayak 38.9% menyatakan kadang-kadang dan 6.9% meyatakan selau. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 33
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PELAKSANAAN PROGAM PERCEPATAN
NO
URAIAN
F
%
1
Selalu
5
6.9
2
Kadang-kadang
28
38.9
3
Tidak pernah
39
54.2
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Idialnya dalam menilai hasil belajar guru sudah selayaknya menilai berdasarkan pengamatan aktifitas siwa dikelasdan dalam kegiatan beajar kelompok. Dari hasil angket diperoleh sebagian basar subjek penelitian kadang-kadang dengan presentase sebesar 56.9, sebanyak 38.9% menyatakan tidak pernah dan selebihnya 4.2% tidak menjawab. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 34
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
PENGAMATAN AKTIFITAS SISWA
NO
URAIAN
F
%
1
Tidak mejawab
3
4.2
2
Selalu
0
0
3
Kadang-kadang
41
56.9
4
Tidak pernah
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
5. Hambatan-hambatan dalam Melaksanakan KBK
Hambatan-hambatan dalam KBK merupakan segala sesuatu yang dianggap sebagai kendala dalm KBK itu sediri. Adapun kendala-kendala tersebut yang meliputi kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai KBK , kendala dalam memanfatakan sumber belajar dalam kegiatan PBM, Kendala dalam melaksanakan berbagai metode pembelajaran dalam PBM, kendala dalam melaksanakan hasil evaluasi belajar sesuai KBK, kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan percepatan.
Kendala yang ditemui guru dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai KBK. Dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subjek penelitian menyatakan bahwa kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah tidak adawaktu dengan presentase sebesar 56.9%, sedangkan 38,9% menyatkan beban mengajar terlalu banyak dan selebihnya 4.2% menyatakan terlalu rumit. Hal ini sebagaimana diasajikan dalam tabel berikut.
TABEL 35
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN PENGAMATAN AKTIFITAS SISWA
No
URAIAN
f
%
1
Terlalu rumit
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Beban mengaja terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Begitu juga kendala yang di temui guru dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar. Dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala dalam memanfaatkan sumber belajar adalah tidak ada waktu dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% menyatakan beban mengajar terlalu banyak dan selebihya 4.2% menyatakan terlalu rumit. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 36
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASRKAN
MEMANFAATKAN BERBAI SUMBER BELAJAR
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu rumit
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Beban mengaja terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sementara itu kendala yang ditemui oleh guru dalam memanfaatkan berbagai metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar . dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar subjek penelitian menyatakan kendala memanfaatkan metode pembelajaran adalah tidak ada dukungan sararanaKBM dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% jumlah siswa kelas terlau banyak dan selebihnya 4.2% menyataka terlalu banyak beban materi pembelajaran. Hal ini disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 37
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu beban materi
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada dudungan saran KBM
41
56.9
4
Jumlah siswa Kelas terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Adapun kendala yang ditemui guru dalam evaluasi hasil belajar sesuai dangan KBK . dari hasil angket diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan kendala dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai KBK adalah format penilaian terlalu sulit dikerjakan dengan presentase sebesar 56.9%, sebanyak 38.9% menyatakan tidak ada waktu untuk berbagai jenis evaluasi dan selebihnya 4.2% terlalu banyak sisiwa yang dievaluasi . Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
TABEL 38
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu banyak sisiwa yang dievauasi
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Format penilaian terlalu sulit dan rumit untuk dikerjakan
41
56.9
4
Jumlah siswa kelas terlalu banyak
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Sedangkan kendala yang ditemui guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan dan percepatan. Dari hasil angket di peroleh bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas; program remidial, pengayaan dan percepatn adalah tidak ada waktu dengan presentase sebesar 56.9%, sebayak 38.9 menyatakan jumlah siswa terlalu banyak dan selebihnya 4.2% menyatakan terlalu banyak beban mengajar. Hal ini sebagaimana disajikan dalam tabel.
TABEL 39
DISTRIBUSI FREKUENSI SUBYEK PENELITIAN BERDASARKAN
MELAKSANAKAN EVALUASI HASIL BELAJAR
NO
URAIAN
F
%
1
Terlalu banyak beban mengajar
3
4.2
2
Merasa tidak mampu
0
0
3
Tidak ada waktu
41
56.9
4
Terlalu banyak siswa yang dievaluasi
28
38.9
Jumlah
72
100.0
Sumber : Data Primer Diolah
Dari paparan tersebut dapaT ditarik kesimpulan bahwa kendala dalam pelaksanaan KBK baik dalam hal peyusunan rancangan pembelajaran , Pelaksanaan PBM yang meliputi penggunaan media, sumber dan metode belajar, pelaksanaan program pembelajaran tutas, dan evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam penyusunan rancangan pembelajaran diketahui bahwa sebagian besar subyek penelitian menyatakan kendala yang dihadapi adalah tidak adanya waktu dan penyusunan yang terlalu rumit . Hal ini seperti yang dikemukakan oleh guru MD di salah satu MTsN di kabupaten Blitar yang menyatakan sebagi berikut.
“Waduh saya kalau disuruh membuat rancangan pembelajaran dan perangkatnya sepertinya saya tidak cukup waktu untuk mengerjakanya, tapi saya membuat rancangan dalam bentuk draf saja dan belum sempat saya susun yang baik, beban ngajar saya cukup banyak jadi ya.... tak cuku waktu untuk membuat yang bagus ( Wawancara santai , tanggal 23 Agustus 2007 dikantin sekolah)
Dalam hal penggunaan media , sumber belajar dan metode pembelajaran, kendala yang sering dihadapi guru adalah kurang memadahi sarana untuk menunjang pelaksanan KBK secara Optimal. Sehingga pelaksanaan pembelajaran sering tidak dapat menggunakan media. Sumber belajar dengan baik pula. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak SG sebagai berikut;
“Dalam pembelajaran KBK didini agak sulit dilaksanakan dengan optimal , hal ini dikarenakan kurang mendukungnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, sebagai contoh, saya ingin menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar siswa pada pertemuan saya, namun kondisi buku-buku diperpustakaan yang minim menyulitkan siswa menemukan sumber belajar yang banyak., begitu juga dengan media koran atau majalah yang sangat terbatas dan bahkan koran tidak ada pada tempatnya., menyulitkan saya untuk memanfaatkan sumber belajar yang baik.” (Wawancaera, tanggal 27 September 2007 diruang guru)
Sementara kendala dalam melaksanakan pembelajaran tuntas, program remidial, pengayaan dan percepatan antara lain tidak cukup waktu untuk menuntaskan siswa . dan tidak jarang siswa diremidi berkali-kali masih saja hasilnya belum tuntas. Sehingga waktu yang ada dan tersisa hanya untuk menuntaskan siswa tersebut yang mengakibatkan materi yang seharusnya dapat segera dijelaskan pada pertemuan berikutnya tidak dapat sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat guru. Yang secara optimal berpengaruh pada pencapaian target materi dalam semester tersebut. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Ibu WD sebagi berikut:
“Program remidial ini yan sangat berat , tidak jarang sebagi guru saya sudah mengusahakan semaksimal mungkin dalam memberikan materi, namaun masih ada siswa yang harus remidi, dan ini sangat mengganggu program mengajar saya. Dan yang menyakitkan tidak sedikit siswa yang bersifat apatis terhadap pengumuman yang saya buat, tentang remidinya namun pelaksaananya dia tdak datang untuk remidi kalau begini bagai mana? Sudah lebih dari dua kali remidi tapi masih saja tidak tuntas, terus bagaimana? Masak saya harus remidi-remidi terus nah yang lain bagaimana? Kadang saya bingung kalau begini”. (Wawancara, tanggal 29 September 2007 diruang guru).
Komentar
Posting Komentar
silahkan komen ya