NSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA PADA PENELITIAN KUALITATIF


INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA PADA PENELITIAN KUALITATIF
A.  Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2.      peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3.      tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4.      suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5.      peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6.      hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).

B.   Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya; di lingkungan tertentu dengan berbagai responden, seminar, diskusi, dll. Bila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber sekunder (sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya; lewat orang lain atau lewat dokumen). Bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya. 
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta dan wawancara mendalam (Sugiono,2008:309).
Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik pengumpulan data; yaitu:
1.      Pengumpulan Data dengan Observasi
a.      Macam-Macam Observasi
Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiono (2009:310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan, dan observasi tak berstruktur. Selanjutnya Spradley (Susan Stainback dalam Sugiono,2009:310) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
       Berikut ini akan dijelaskan macam-macam observasi tersebut, yaitu;
1.      Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Bagian dari observasi ini meliputi;
a.       partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut,
b.      partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan menjadi orang luar)
c.       partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap,
d.      partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya trhadap apa yang dilakukan sumber data. Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang natural sehingga peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observcasi ini memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2.      Observasi secara terang-terangan atau tersamar
Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Pada suatu saat, peneliti juga tidak terus-terang atau tersamar dalam observasi untuk mencari data yang bersifat rahasia.
3.      Observasi tak berstruktur
Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.observasi ini dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiono,2009: 310-313).

b.      Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988) menyatakan manfaat observasi adalah:
1.      peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh,
2.      peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan,
3.      peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain -khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu- karena telah dianggap “biasa” sehingga tidak terungkap dalam wawancara,
4.      peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,
5.      peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif,
6.      peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti (Sugiono,2009:313-314).

c.       Objek Observasi
Objek penelitian yang diobservasi dinamakan situasi sosial yang meliputi;
1.      tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi, dll,
2.      pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran tertentu untuk diobservasi, contohnya; orang tua murid, guru, narasumber, dsb.,
3.      kegiatan yang dilakukan oleh pelaku,misalnya; KBM, upacara adat, musyawarah, dll.,
4.      objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang diobservasi,
5.      perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu,
6.      rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh pelaku-pelaku yang diobservasi,
7.      urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan tertentu,
8.      tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang dilakukan,
9.      perasaan yang dirasakan dan diekspresikan oleh pelaku pada saat melakukan ramgkaian aktivitas (Sugiono,2009:314-315).

d.      Tahapan Observasi
Tahapan observasi meliputi:
1.      Observasi deskriptif
Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata (kesimpulan pertama).
2.      Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi untuk difokuskan pada aspek tertentu.Observasi ini disebut observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
3.      Observasi terseleksi
Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci.  Pada tahap ini, peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau perbedaan, kesamaan antarkategori, serta menemukan pola hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain(Sugiono,2009:315-317). 


2.      Pengumpulan Data dengan Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide mela-
 lui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam (Sugiono,2009:319).
Macam-macam wawancara, antara lain:
1.    wawancara terstruktur
Pada wawancara ini, pengumpul data  telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang sama kemudian  pengumpul data mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar,
2.    wawancara semiterstruktur
Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karana tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
3.    wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data-datanya. Pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden (Sugiono,2009: 319-321).

Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara, yaitu; (1) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan alur wawancara, (5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiono,2009:322).
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara menurut Patton dalam Molleong (2002) terdiri atas enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu; (1) pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, (2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat, (3) pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan, (4) pertanyaan tentang pengetahuan, (5) pertanyaan yang berkaitan dengan indera, dan (6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi (Sugiono, 2009:322-328).
Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Jika menggunakan wawancara terbuka dan tidak berstruktur, peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawwancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian (Sugiono,2009:329). 
3.      Pengumpulan data dengan Kuisoner/Angket
a.       Pengertiannya
Menurut (James P. Chaplin dalam Kartono, 2009;217) menyatakan:
Angket merupakan satu set pertanyaan yang berurusan dengan satu topitunggal yang saling berkaitan, yang harus dijawab oleh subjek. Kuisoner ini digunakan untuk penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan cara mengedarkaan formulir daftar pentanyan, diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan,respons) tertulis seperlunya.




b.      Macam-macam angket
Dikemukakan oleh Kartono (2009;244-235) macam-macam angket meliputi:
1.  berdasarkan sifatnya terdiri dari; (a) angket umum, angket ini berupaya mendapatkan kesan-kesan umum yang selengkap-lengkapnya. Misalnya psikografi mengenai diri seseorang,(b) angket khusus, angket ini bertujuan untuk mengambil data yang bersifat khusus. Misalnya menyakut karakteristik bakat, inteligensi atau ingatan seseorang.
2. berdasarkan cara penyampaiannya terdiri dari; (a) angket langsung, angket ini diberikan secara langsung kepada orang yang dimintai informasi tentang dirinya sendiri. Misalnya uraian, opini, keyakinan, sikap. (b) angket tidak langsung, berupa pertanyaan yang diminta jawaban mengenai kehidupan psikis orang lain. Misalnya para dokter, guru, hakim, direktur,
3.  berdasarkan objek sasarannya terdiri atas;  (a) angket hereditas, angket ini tercantum banyak pertanyaan yang menyangkut sifat-sifat psikis yang turun menurun serta ciri fisik, (b) angket jabatan / pekerjaan, angket ini berusahan menemukan kemampuan-kemampuan khusus sesorang.
4. angket menurut bentuk strukturnya terdiri dari; (a) angket berstruktur, angket ini bertujuan untuk penelitian formal guna menambah data informative yang berlum lengkap. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusuanan angket berstruktur ini, misalnya dalam penyusunan pertanyaannya dalam harus diperhatikan  bahasa dan kerangka referensi, (b) angket tidak berstruktur, angket ini bertujuan mencari uraian dari informan atau subyuk riset tentang suatu masalah dengan sati penulisan dan penjelasan yang panjang dan lebar.
c.       Cara membuat angket
Berikut ini cara-cara membuat angket, meliputi:
1.         buatlah kata-kata pengantar sebagai pembuka,
2.         perlu dibuat pentunjuk khusus, agar responden dengan mudah menjawab,
3.         item  harus tersusun kalimat yang sederhana, tetapi jelas,
4.         membedakan item pertanyaan yang untuk mengali fakta riil  dan fakta idial,
5.         pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan responden,
6.         hindari pertanyaan yang bersifat sugestif,
7.         menghindari kata-kata yang ekstrim  atau berlebihan,
8.         bentuk angket tidak terlalu panjang dan bertele-tele,
9.         format pertanyaan dikemas yang rapi dan indah,
10.     untuk mendapatkan jawaban yang maksimal dari responden, kita harus memperhatikan waktuyang tepat.1



 





d.      Langkah-langkah pengambilan data melalui angket
Dalam usaha pengambilan data melalui angket perlu memperhatikan: (1) menyiapakan angket yang baik, (2) mempersiapkan surat ijin/ surat pengantar penelitian, (3) memberikan angket pada waktu yang tepat.
4.      Pengumpulan data secara dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Sukardi, 2010:81). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono,2009:329).
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya (Sugiono,2009:329).
Bentuk  dokumen menurut Haris (2010:143-146)  dibedakan menjadi dua, yaitu; (a) dokumen pribadi, seperti catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. (b) dokumen resmi berupa: surat keputusan, memo, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi.
Penelitian kualitatif lazimnya menggunakan triangulasi dalam teknik pengumpulan datanya. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada  (Sugiono,2009:330). Misalnya peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Manfaat pengumpulan data dengan triangulasi untuk mendapatkan data yang lebih konsisten, tuntas, dan pasti (Sugiono,2009:332). 
5.      Pengumpulan data dengan Focus Group Discution (FGD)
Menurut Hermansyah (2009:232-432) Focus Group Discution (FGD) adalah diskusi kelompok yang terarah pada  masalah yang diangkat peneliti. FGD ini bertujuan untuk berdialog bersama, bertatap muka dengan responden/subjek/informan peneliti guna menghasilkan informasi langsung dari berbagai sudut pandang.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam FGD antara lain; (a) jumlah peserta FGD sekitar 5 hingga 10 orang, (b) peserta FGD harus memiliki sifat yang homogen dan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama(c) perlunya dinamika kelompok, peneliti dapat membagi waktu dengan baik dalam FGD
Untuk waktu yang tepat melakukan FGD antara lain; (a) jika peneliti membutuhkan pemahaman yang lebih dari satu sudut pandang(b) jika terjadi gap komunikasi antarkelompok (c) bila peneliti ingin mengungkapkan suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya, (d) bila peneliti membutuhkan verifikasi data yang ditemukan di lapangan.
Adapun komponen yang perlu ada dalam FGD antara lain; (1) fasilitator  yaitu orang yang bertugas untuk memfasilitasi  role atau jalur dan lalu lintas pembicara dalam FGD, (2) observer yaitu orang yang bertugas untuk melakukan observasi selama FGD (3) notulis yaitu orang yang bertugas mencatatan dan merekam setiap pembicaraan berlangsung; peserta yaitu orang-orang yang berkaitan untuk mengemukaakan sudut padang pada masalah yang kita teliti.
Mengadakan FGD membutuhkan ketrampilan dalam mengembangkan dinamika diskusi, mengungkap permasalahan, memotivasi dan menstimulus peserta untuk mengemukakan pendapat, kepekaan dalam menarikbenang merah dan menyimpulkan hasil FGD.

6. Metode Bahan Visual
Roland Barthes (Evans dan Hall, 1993:13) mengatakan fotografi sebagai pesan yang tak berkode. Fotigrafi mengungkapkan semua komponen dunia yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat interpretasi haruslah memiliki pengetahuan yang cukup. Apa yang dikatakn olh Barthers sebagai kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi saat ini jenisnya bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, mikrofon, slide dll sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual.
Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara objek penelitian dengan peristiwa dimasa silam  atau peristiwa saat ini. Bahan visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap objek atau informan penelitian. Keterkaitan objek dan informan penelitian dengan peristiwa masa lalu ataupun peristiwa saat ini dapat diungkapkan dari beberapa hal: (1) bagaimana hubungan antara pemilik bahan visual dengan peristiwa di masa lalu; (2) apakah lingkungan  soaial di sekitar objek dan informan penelitian saat itu memiliki keterkaiatn dengan sebuah pemaknaan yang dapat digali saat ini; (3) apa makna bahan visual itu dalam kehidupan objek dan informan penelitian saat itu dan saat sekarang (4) sejauh mana bahan visual itu member petunjuk kepada peneliti untuk menemukan bahan informasi baru.

7. Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai  kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari informasi teoritis  maupun data-data primer atau data-data sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian. Sehubungan dengan itu, maka mau ataupun tidak kita harus menciptakan metode untuk memanfaatkan data online yang begitu banyak tersebar di internet dan begitu banyak yang dapat dimanfaatkan.
Secara teknis menggunakan metode ini mensyaratkan peneliti mempunyai pemahaman teknik  terhadap teknologi informasi, artinya peneliti harus memiliki ketrampilan mengoperasikan computer dan media online seperti umpamanya internet. Peneliti juga dituntut memahami bahasa computer yang didominasi bahasa inggris computer. Pada beberapa situs di Indonesia , telah dirancang menggunakan bahasa Indonesia sehingga lebih memudahkan pencarian.
Berikutnya dalam penelusuran data online peneliti dapat menggunakan bagian-bagian fasilitas tertentu untuk memulai data yang ingin diperoleh.Umumnya setiap website yang lengkap telah disediakan fasilitas direktori yaitu kategori data atau tema/problem apa yang ingin ditelusuri.


C.  Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1.     dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”.
2.     dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi, Focus Group discution (FGD)  dan gabungan dari semuanya.
3.     dari berbagai macam teknik pengumpulan data yang ada, peneliti diharapkan dapat menggunakan teknik tersebut dengan tepatsesuai  dengan objek/ fokus penelitiannya  sebab setiap teknik pengumpulan data yang ada memiliki kelebihan dan keunggulan dalam penggunaannya.


D.  Daftar Pustaka
Hermansyah, H.2009. Metode Penelitian Kualitatif, Seni dalam Memahami Fenomena Social.Yogyakarta: Greentea Publishing.
Herdiansyah,Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk  Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba humanika.
Kartono, Kartini.2009. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju
Sugiono.2009.Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta .
Bungin, Burhan.2004.Penelitian Kualitatif.

 

***

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Tesis Pendidikan

MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL

PEMIMPIN YANG SUPER (SUPER LEADERSHIP)