Teori Peluru atau Jarum Hipodermik
A. Sejarah
Teori Peluru ini merupakan konsep awal
efek komunikasi massa yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan
pula Hypodermic Needle Theory (Teori
Jarum Hipodermik). Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah peristiwa
penyiaran kaleidoskop stasiun radio siaran CBS di Amerika berjudul The Invansion from Mars (Effendy.1993:264-265).
IStilah model hypodermic neadle timbul pada periode ketika komunikasi
massa digunakan secara meluas, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, yaitu
sekitar1930-an dan mencapai puncaknya menjelang Perang Dunia II. Pada periode
ini kehadiran media massa baik media cetak maupun media elektronik mendatangkan
perubahan-perubahan besar di berbagai masyarakat yang terjangkau oleh allpowerfull media massa. Penggunaan media massa secara luas untuk
keperluan komunikasi melahirkan gejala-gejala mass society. Individu-individu tampak seperti distandarisasikan,
diotomatisasikan dan kurang keterikatannya di dalam hubungannya antarpribadi (interpersonal relations). Terpaan media
massa (mass media exposure) tampak di
dalam kecenderungan adanya homogenitas cara-cara berpakaian, pola-pola
pembicaraan, nilai-nilai baru yang timbul sebagai akibat terpaan media massa,
serta timbulnya produksi masa yang cenderung menunjukan suatu kebudayaan masa.
Pengaruh media sebagai hypodermic injection (jarum suntik)
didukung oleh munculnya kekuatan propaganda Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Media massa
memanipulasi kekuatan besar. Bukti-bukti
mengenai manipulasi kekuatan besar dari media massa ditunjukkan oleh peristiwa
bersejarah sebagai berikut :
a)
Peranan
surat-surat kabar Amerika yang berhasil menciptakan pendapat umum positif
ketika perang dengan Spanyol pada 1898. Surat-surat kabar itu mampu membuat
penduduk Amerika membedakan siapa kawan dan siapa lawan.
b)
Berhasilnya
propaganda Goebbels dalam periode Perang Dunia II.
c)
Pengaruh
Madison Avenue atas perilaku konsumen dan dalam pemungutan suara.
B. Pengertian
Istilah model jarum hipodermik dalam
komunikasi massa diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang
kuat, langsung, terarah,dan segera. Efek yang segera dan langsung itu sejalan dengan pengertian
Stimulus-Respon yang mulai dikenal sejak penelitian dalam psikologi tahun
1930-an.
Model jarum suntik pada dasarnya
adalah aliran satu tahap (one step flow), yaitu media massa langsung
kepada khalayak sebagai mass audiance.
Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat
kuat atas mass audiance. Media massa
ini sepadan dengan teori Stimulus-Response
(S-R) yang mekanistis dan sering digunakan pada penelitian psikologi antara
tahun 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan menghasilkan
respons secara spontan dan otomatis seperti gerak refleks. Seperti bila tangan
kita terkena percikan api (S) maka secara spontan, otomatis dan reflektif kita
akan menyentakkan tangan kita (R) sebagai tanggapan yang berupa gerakkan
menghindar. Tanggapan di dalam contoh tersebut sangat mekanistis dan otomatis,
tanpa menunggu perintah dari otak.
Teori peluru atau jarum hipodermik mengansumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat
perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini
mengansumsikan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi
yang begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif).
C. Menurut Para Ahli
Menurut Elihu Katz, model ini
berasumsi :
1.
Media massa sangat ampuh dan mampu
memasukkan ide-ide pada benak komunikan yang tak berdaya.
2.
Khalayak
yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak tidak saling
berhubungan.
Model Hypodermic Needle tidak melihat adanya variable-variable antara yang bekerja diantara permulaan stimulus
dan respons akhir yang diberikan oleh mass audiance. Elihu Katz dalam bukunya,
“The Diffusion of New Ideas and
Practices” menunjukkan aspek-aspek yang menarik dari model hypodermic
needle ini, yaitu
1.
Media
massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan secara mendalam
ide-ide ke dalam benak orang yang tidak berdaya.
2.
Mass audiance dianggap seperti atom-atom yang terpisah satu
sama lain, tidak saling berhubungan dan hanya berhubungan dengan media massa.
Kalau individu-individu mass audience berpendapat
sama tentang suatu persoalan, hal ini bukan karena mereka berhubungan atau
berkomunikasi satu dengan yang lain, melainkan karena mereka memperoleh
pesan-pesan yang sama dari suatu media (Schramm, 1963)
Model
Hypodermic Needle cenderung
sangat melebihkan peranan komunikasi massa dengan media massanya. Para ilmuwan
sosial mulai berminat terhadap gejala-gejala tersebut dan berusaha memperoleh
bukti-bukti yang valid
melalui penelitian-penelitian ilmiah.
Teori Peluru yang dikemukakan Schramm
pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut kembali tahun 1970-an, sebab khalayak
yang menjadi sasaran media massa itu tenyata tidak pasif. Pernyataan Schramm
ini didukung oleh Lazarsfeld dan Raymond Bauer.
Lazarfeld mengatakan bahwa jika
khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab, karena
kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Ada kalanya efek yang timbul berlainan
dengan tujuan si penembak. Sering kali pula sasaran senang untuk ditembak.
Sedangkan Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka secara
aktif mencari yang diinginkannya dari media massa, mereka melakukan interpretasi
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sejak tahun 1960-an banyak penelitian
yang dilakukan oleh para pakar komunikasi yang ternyata tidak mendukung teori
ini. Hasil dari serangkaian penelitian itu menghasilkan suatu model lain
tentang proses komunikasi massa, sekaligus menumbangkan model Hipodermic Needle. Kemudian muncullah teori limited effect model (model efek
terbatas).
Sumber :
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofset.
pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../94007-5-241585279340.doc
Modul Komunikasi Massa (3 SKS). Pokok Bahasan : Model Komunikasi Massa
Oleh Drs. Riswandi, M.Si. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo.
Disusun Oleh :
Dina Aqmarina Yanuary (210110110267)
Nida Choirun Nufus (210110110281)
Holdani Rahmansaib (210110110289)
Ari Seno (210110110297)
Regita Francisca (210110110300)
Komentar
Posting Komentar
silahkan komen ya