Teori Peluru atau Jarum Hipodermik
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan
orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang
disampaikan pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan
teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle
Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam
mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung
pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif
terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan
teori peluru, bila komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru
yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang
disampaikan media. Teori ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles
(1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan ribuan
orang di Amerika Serikat panik.
Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga
1940an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan
lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.
Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita
sebut Hypodermic needle (teori jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru)
transmition belt theory (teori sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain
dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya
satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.
Dari
beberapa sumber teori ini bermakna:
ü Memprediksikan
dampak pesan pesan komunikasi massa yang kuat dan kurang lebih universal pada
semua audience (Severin, Werner J.2005: 314)
Disini dapat dimaknai bahwa peran media massa di
waktunya (sekitar tahun 1930an) sangat kuat sehingga audience benar mengikuti
apa yang ada dalam media massa.
ü Selain
itu teori ini juga di maknai dalam teori peluru karena apa yang di sampaikan
oleh media langsung sampai terhadap audience. (Nurudin . 2007 : 165)
Sebuah teori media yang memiliki dampak yang kuat
terhadap audiencenya sehingga tak jarang menimbulkan sebuah budaya baru dan
penyaampaiannya secara langsung dari komunikator yakni media kepada komunikan
(audience).
ü Kekuatan
media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak yang
pasif dan tak berdaya.
Contoh:
ü Tntang
iklan kampanye calon presiden Susilo Bambang Yudoyono. Dengan iklan-iklan di
media yang menarik sehingga audience mudah dipengaruhi apa lagi ditambah
janji-janji manis yang terdapat di iklan tersebut sehingga audience semakin
terpengaruhi untuk memilihnya. Yang pada akhirnya dia terpilih kembali menjadi
presiden.
ü Pemberitaan
media televisi tentang kasus Bibit-Candra yang mempengaruhi audience sehingga menimbulkan efek yang sangat besar.
Yang pada akhirnya menimbulkan demonstrasi dan gerakan mendukung Bibit-Candra.
Komentar
Posting Komentar
silahkan komen ya